Pendeckar Javea : (Eps1) Bertiga

Anak itu bangun dari tempat duduknya dan menghampiri Bagurua Darama Jaya. Kaki kecil yang kekar menyangga tubuhnya yang ideal berjalan lunglai ke depan Bagurua Darama. Tatapan tajam menembus retina anak kecil itu hingga seluruh murid di aula tampak tegang.
Pelan-pelan Bagurua bertanya, "Budi Damar! Kau tau apa yang kau perbuat? Dan taukah alasanku memanggilmu?"
Dengan tenang diselimuti gemetar dalam hatinya Budi menjawab, "Aku tau Bagurua! Aku mengaku salah. Maafkan aku. Mungkin Bagurua akan menghukumku, aku siap karena itu tanggung jawabku."
Seluruh yang ada di ruangan membisu sejenak saat Bagurua menghentakkan tangannya ke meja kecil berpelitur dihiasi ukiran bunga teratai. Beberapa saat kemudian muncul Yosi dari pintu kayu berwarna coklat muda dan berjalan menuju hadapan Bagurua. Lalu duduk di samping Budi Damar sambil mengedik Budi.
"Bagurua, aku yang memulainya! Semua ini salahku," kata Yosi dengan membungkukkan tubuhnya. "Aku yang mencobanya dahulu. Setelah selesai aku menyuruh Budi juga mencobanya."
"Benarkah itu? Kau tak bohong kan Yosi?" tanya Bagurua yang emosinya mulai mereda.
"Benar Bagurua! Aku melihatnya saat aku hendak ke toilet tadi." sahut Matius yang duduk di pojok dekat pintu dengan meyakinkan.
"Hm...ternyata kau Yosi. Ini sudah jelas kau kan terima akibatnya. Semuanya, kecuali Yosi aku perintahkan kalian kembali ke ruang kelas kalian untuk pelajaran berikutnya!" pinta Bagurua agar semua murid membubarkan diri.
Budi keluar dari aula dengan sering menoleh kebelakang melihat apa yang terjadi pada Yosi. Dia merasa bersalah kepada Yosi memang Yosi yang memulai. Tapi yang membuat kekacauan adalah dia sendiri. Sampai di luar dia hendak mengintip suasana dalam aula. Tidak terduga sebelumnya, Matius menepuk pundak Budi hingga terkejut dan bersuara.
"Siapa di sana?" tanya Bagurua sambil mendekati sumber suara. Setelah membuka pintu, hanya suara keramaian belajar murid di kelas.
Dengan reflek mereka berdua sembunyi di antara pepohonan yang tidak jauh dari aula.
"Mat kau ini bagaimana? Kamu mau bikin Bagurua marah lagi apa?" tanya Budi marah. "Kau tau tak, Yosi seharusnya tak ada di sana tapi aku! Kenapa kau meyakinkan Yosi yang bersalah? Ingat Mat kita sahabat kita punya aturan-aturan yang sebagaimana mestinya! Kau.." lalu terpotong oleh jawaban Matius yang menyesal.
"Ya Bud, aku tau itu. Tadi di belakang dia yang menyuruhku berkata seperti itu. Dia khawatir kamu yang akan dihukum berat-berat oleh lelaki berjenggot perak. Makanya dia menyatakan bersalah. Dia juga mengatakan bahwa lebih ringan hukumanya jika dia yang dihukum, daripada kau yang dihukum. Begitu Bud. Kau jangan pikir macam-macam ma aku begitu dong!"
"Tapi Mat kenapa dia segitunya banget si? Ah ya sudahlah lebih baik kita bertiga yang dihukum," bisik Budi.
"Kenapa kita bertiga? Maksud kamu? Hm..oke lah. Aku juga tak tega kalau cuma Yosi dihukum. Seharusnya aku juga dihukum. Baik Bud, kita langsung masuk ke aula!"
Mereka berdua bersalaman dengan gaya khas kelompok Tiga Cincin. Lalu mereka pun masuk ke Aula dengan tegap siap menghadapi risiko. Rupanya Matius lebih tegang dari Budi saat mereka sampai di depan pintu.
Tok tok tok!
Pintu aula terbuka dan Bagurua mempersilahkan masuk. Bagurua dalam hatinya bertanya-tanya mereka mengapa kembali aula. Lalu dia bertanya, "Matius, Budi, kenapa kemari nak?"
"Maaf sebelumnya, kami berdua seharusnya dihukum juga Bagurua. Kami sadar kami juga bersalah, kami minta maaf." Matius dan Budi membungkuk.
"Kenapa? Kalian kan tak bersalah?" Bagurua terheran-heran dan terlihat bingung.
"Bagurua, aku yang mengacaukan semuanya saat itu. Seandainya aku tak ikut-ikutan, maka kejadian itu tak terjadi." Budi menunduk rendah.
"Dan saya Bagurua, saya tak mengatakan jujur. Saya melihat mereka dan benar-benar Budi yang mengacaukan. Saya telah berbohong ke semua orang, Bagurua!" sambung Matius.

(Bersambung...)

Comments

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir.
Jangan lupa komen ya. Satu saja sangat membantu untuk kemajuan blog ini.
Ingat yang sopan komennya. Oke. :)