Pendeckar Javea : (Eps2) Tugas Pertama

Rupanya mereka bertiga tidak diberi hukuman melainkan tugas yang mungkin berat bagi mereka. Walaupun hampir dua tahun mendalami beladiri tapi mereka masih harus tetap belajar lebih banyak. Yang dilihat Bagurua adalah semangat dan kerjasama yang baik di antara mereka. Karena itu dan untuk pertama kalinya murid kelas junior mendapat tugas sebagaimana sering dilakukan oleh para senior mereka.
Mereka ditugaskan untuk melindungi kristal istimewa milik desa Wilangan. Isunya, hanya tinggal desa Wilangan saja yang belum di ambil kristal istimewanya. Entah apa rencana komplotan yang disebut Sanakung itu hingga membantai seluruh desa demi mendapatkan kristal istimewa.
"Ya Bagurua, kenapa harus kami yang ke sana?" tanya Matius.
"Begini, sebenarnya tidak sengaja bahwa para senior kalian juga banyak tugas. Seharusnya ini adalah sebuah penilaian terhadap kemampuan kalian yang telah berada di sini selama satu setengah tahun," jelas Bagurua.
"Teman-teman, ini langkah awal kita. Jadi mengapa tidak jika kita mengambil tugas ini. Toh kita menjaga kristal doang kan?" desak Budi yang ingin sekali memperlihatkan kemampuannya pada kakaknya yang sekarang telah senior.
"Budi, ini tidak main main. Karena kristal ini salah satu desa yang memilikinya dibantai!" seru Yosi yang sebenarnya merasa takut karena diberi tugas semacam itu.
"Iya, iya, sudah. Kalian siapkan semuanya untuk tugas ini. Juga ada satu orang lagi yang menjadi pemandu kalian."
"Siapa itu Bagurua?" tanya Yosi dan Matius serentak.
Tok tok tok!
"Masuklah! Inilah orang yang akan membantu kalian," terang Bagurua.
"Apa?" Mereka bertiga terkejut setelah melihat seseorang yang masih berdiri di depan pintu.
"Wah wah, rupanya aku mengejutkan kalian ya?" kata orang itu yang sebenarnya ditujukan pada Budi. Ya orang tersebut tidak lain tidak bukan adalah kakak Budi Damar yakni Ali Damar.
"A, apa? Ka, kakak?"
"Ada apa denganmu? Haha, merepotkan saja," ejek Ali Damar yang mendekatkan wajahnya pada Budi.
"Sudah, sudah, kalian setujukan jika Ali Damar menjadi pemandu kalian? Ali kamu kan sudah lama tidak melihat mereka. Jadi pandulah mereka dengan baik."
Matius dan Yosi mengangguk, "setuju."
"Tidak!" Wajah budi merasa mual melihat kakaknya yang ternyata pemandunya. Dia terlihat lesu dan takut jika dia dipermalukan oleh kakaknya di hadapan teman-temannya saat bertugas nanti.
Ali, Matius dan Yosi berjalan bersamaan melewati teras menuju tempat diskusi yang telah ditetapkan. Sementara Budi terlihat di belakang, menatap tajam penuh dengan kebencian kepada kakaknya yang berjalan di hadapannya.
"Baiklah di sini cukup nyaman dan aman untuk kita. Karena kita tak pernah tau musuh ada di mana, waspadalah," kata Ali Damar menjelaskan.
"Hm , jadi kita mulai dari mana senior Ali?" tanya Budi agak sinis.
"Kau Budi, kau pemimpin kelompokmu, jadi gunakan segala kemampuanmu yang sedikit itu gunakanlah untuk mengkoordinir, menjaga, menolong, dan membantu kedua temanmu ini."
"Lalu, apa yang kau lakukan?" tanya Budi yang agak kesal terhadap kata-kata kakaknya.
"Aku hanya pemandu kalian."
Setelah selesai berdiskusi yang penuh kontra antar kakak dan adik cukup lama, mereka bertiga menuju asrama masing-masing. Matius dan Budi ke asrama laki-laki, sedangkan Yosi ke asrama perempuan. Budi dan Matius satu kamar setelah Matius bentrok dengan teman sekamarnya. Sementara itu Ali Damar, kakak Budi, segera kembali menemui Bagurua untuk tugas yang lain.
"Hm, Mat aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Budi yang telah berbaring menghadap atap ternit kayu di atas tempat tidurnya.
"Boleh saja, asalkan jangan tanyakan kenapa Yosi bersikap seperti itu padamu," jawab Matius sambil menggoda Budi.
"Bukan itu. Tapi, kalau kau punya kakak seperti senior Ali bagaimana?"
"Ah tentunya aku senang sekali. Dia pintar, baik, apalagi jago ngrayu cewek," canda Matius.
"Ah ngaco kamu. Aku malah sebel banget ma dia. Selalu saja mengejek dan mempermalukanku di depan umum. Lebih lagi pernah dia tidak menganggapku sebagai adiknya di depan salah satu temannya," kata Budi yang diiringi rasa kesal terhadap kakaknya jika mengingat kejadian tersebut.
"Ingat! Itu kakakmu Bud, pastilah dia seperti itu karena menyayangimu. Masih mending punya kakak. Kalau aku, aku tidak punya sosok seperti yang disebut sebagai kakak itu. Apalagi ayah dan atau ibu. Hanya seseorang tanpa hubungan darah yang aku panggil sebagai paman," terang Matius sambil menyadarkan Budi akan berartinya sebuah keluarga.
"Iya Mat, tenang Mat, sejak bertemu denganmu dan untuk selamanya kau adalah saudaraku dan sahabat terbaikku. Juga selamat tidur, aku dah ngantuk nih," kata Budi sambil menguap lebar-lebar.
"Haha baik, sama-samalah Bud. Oke kita tidur, dah larut malam nih."
Zzz..
(Bersambung)

Comments

  1. Ini novel fiksi fantasi atau apa? judulnya pendeckar gitu soalnya, trus bro nulis naskahnya.. :)

    ReplyDelete
  2. Ya mungkin Fantasy kali ya. Masih dalam pengembangan cerita. Mau ful fantasy atau gaknya lum tau.

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir.
Jangan lupa komen ya. Satu saja sangat membantu untuk kemajuan blog ini.
Ingat yang sopan komennya. Oke. :)