Fitri dan Ramadhan 02
Takbir berkumandang suara bedug membanjiri suasana Lebaran. Ya, hari raya Idul Fitri 1 syawal 1434 H. Kala itu Fitri dan Ramadhan sedang mengunjungi rumah saudaranya yang terletak sembilan kilometer dari rumah kota Wonosobo. Perjalanan jauh mereka tempuh dengan angkot yang khas dari wonosobo. Angkot berwarna kuning di seluruh badan dan berwarna hijau di bempernya. Ada juga warna lain di bempernya yang menandakan arah jurusan. Ada pula warna badan angkot lain bukan kuning.
Kiranya dua puluh menit mereka sampai di tujuan. Dari persimpangan mereka berhenti, rumah saudara mereka masih jauh. Dengan berjalan kaki sepuluh menit mereka sampai.
"Ngomong-ngomong, kemarin belum jawab pertanyaan dariku kan?" tanya Fitri di sela perjalanan mereka.
Sambil menyelipkan telepon genggamnya Ramadhan menjawab, "oh iya. Yang soal camilan itu kan?"
"Benar sekali."
"Aku sudah siapin jawabannya, Fit."
"Oke."
Dengan gaya sok tahunya Ramadhan menjawab teka-teki dari Fitri, "Jengkol!"
"He, hahahaha. Itu malah bikin bau Ram."
"Terus, apa dong? Bukankah kalau kita makan jengkol bau terus bikin jengkel yang di samping kita kan?"
Fitri masih tertawa, seakan tidak menghiraukan Ramadhan yang telah susah payah mencari jawabannya semalam suntuk. "Bukan itu. Mau tahu jawabannya?"
"Mau tahulah," jawab Ramadhan agak kesal.
"Coba kau kritik orang yang lagi merokok itu! Kritiklah dengan pedas! Dengan kritik pedasmu dia pasti jengkel."
"Haha, itu kripik bukan kritik Fit."
Kiranya dua puluh menit mereka sampai di tujuan. Dari persimpangan mereka berhenti, rumah saudara mereka masih jauh. Dengan berjalan kaki sepuluh menit mereka sampai.
"Ngomong-ngomong, kemarin belum jawab pertanyaan dariku kan?" tanya Fitri di sela perjalanan mereka.
Sambil menyelipkan telepon genggamnya Ramadhan menjawab, "oh iya. Yang soal camilan itu kan?"
"Benar sekali."
"Aku sudah siapin jawabannya, Fit."
"Oke."
Dengan gaya sok tahunya Ramadhan menjawab teka-teki dari Fitri, "Jengkol!"
"He, hahahaha. Itu malah bikin bau Ram."
"Terus, apa dong? Bukankah kalau kita makan jengkol bau terus bikin jengkel yang di samping kita kan?"
Fitri masih tertawa, seakan tidak menghiraukan Ramadhan yang telah susah payah mencari jawabannya semalam suntuk. "Bukan itu. Mau tahu jawabannya?"
"Mau tahulah," jawab Ramadhan agak kesal.
"Coba kau kritik orang yang lagi merokok itu! Kritiklah dengan pedas! Dengan kritik pedasmu dia pasti jengkel."
"Haha, itu kripik bukan kritik Fit."
hahaha, bisa aja gan.
ReplyDeletegan, kunjungi blog saya juga ya
http://yadomifuruya.blogspot.com
Oke2...nantikan kedatanganku
ReplyDelete