The Guardian Weather and Little Girl

Samar-samar dari kejauhan terlihat ada sorang anak perempuan sedang menghampiriku dan teman-temanku. Kelihatannya anak perempuan itu bingung sekali saat tepat brada di depan kami. Entah apa yang dipikirkannya waktu itu. Ke sana kemari dia berjalan di depan kami.

Aku terkejut, saat dia menyeretku dan membawaku ke sebuah tempat yang memang tidak jauh dari tempatku nongkrong. Aku melihat seseorang seperti seorang penagih yang berbicara padanya. Dia sudah tua dan beruban. Setelah itu dia mengeluarkan lembaran kertas seukuran memo untuk diberikan kepada orang itu. Lalu dari wajahnya ada senyuman khas yang belum pernah kulihat.

Dia membawaku berjalan menyusuri trotoar. Jalan raya yang ramai di waktu siang menyulitkannya. Beberapa meter kemudian kami menyeberangi jalan raya. Tin.. tin.. tin.. Sebuah mobil melaju kencang ke arah kami. Aku melihat mobil itu. Rasanya aku ingin memberitahu padanya. Namun hanya tawanya yang kulihat.

Na'as bagiku. Tersadar aku pun tergeletak di jalan raya. Samar-samar wajah anak perempuan itu berada di dekatku dan terlihat baik-baik saja. Aku merasa dia berusaha menolongku dan ingin mengatakan sesuatu. Namun hanya gerak bibirnya yang kurang kumengerti.

Setelah aku mulai pulih dari kecelakaan itu, aku rasa dia tidak mengunjungiku lagi. Apa aku yang terlalu lama dari pengasingan ini? Aku pun belum sempat bertanya padanya terutama namanya.

Terasa di tubuhku banyak sekali jahitan dan rusukku rasanya ada yang retak. Tulang-tulangku seperti mobil rongsokan yang terkena over-oksidasi.

Beberapa saat kemudian seseorang datang menghampiriku. Dia berambut panjang dan sangat berwibawa. Bisa kutebak dia seorang guru taman kanak-kanak. Karena dia melambaikan tangan kepada anak-anak berumur lima tahun yang berlari-lari. Dia bertanya padaku, "kau yang dulu itu, kan? Aku masih mengingatmu. Sepertinya ada yang berubah dari dirimu."

Ternyata anak perempuan itu, dia sekarang lebih dewasa. Andai aku punya anak seperti dia. Betapa senang hatiku ini. Sedangkan aku, aku yang telah rapuh mungkin tidak lama lagi hidupku. Tidak kusangka dia masih mengenaliku? Padahal seingatku dulu dia masih kecil. Senang hatiku dapat bertemu kembali. Aku lega dia menulis namanya di salah satu bagian tubuhku.

Comments