Pendeckar Javea : (Eps7) "Arjun..."

Jumlah perampok yang menyerang tim Budi kini tinggal tujuh orang saja. Lebih banyak satu orang dari jumlah tim Budi sekarang. Masing-masing perampok mendapatkan satu lawan terkecuali sang pimpinan perampok. Dia berhadapan dengan Budi dan Matius sebelumnya. Namun Wira mengusik pertarungan mereka.

"Minggir kau Matius! Aku yang akan melawan dia sebaiknya kau duduk bersama Budi!" pinta Wira.
"Hahaha...lihatlah kalian berdua! Rupanya bocah kecil ini ingin bertarung sendiri. Benar sebaiknya kau dan kau duduk melihat temanmu ini terbaring selamanya. Hahahaha...!" kata si perampok dengan lantang.

Walau Wira ingin melawannya sendiri tetap saja Budi Damar membantunya. Meski berkali-kali diusir wira dengan beberapa pukulan dan dorongan.

Matius yang di sisi lain bertarung dengan perampok yang sebelumnya dilawan Wira. Keahliannya memainkan bilah semakin tak terduga oleh lawannya. Ciri khasnya mulai tampak ketika dia terkunci ruang geraknya oleh perampok tersebut. Akhirnya dia dapat melumpuhkan lawannya dalam posisinya.

Satu persatu, lima dari enam anggota perampok yang tersisa dapat dilumpuhkan. Lain hal dengan pimpinannya. Dia telah bermain-main dengan Wira yang telah melemah. Sementara Budi berkali-kali dilempar oleh pimpinan perampok.

"Wira, kau tidak akan bertahan jika sendiri! Jangan keras kepala!"
Nasehat dari Budi, dia bantah. "Aku tidak akan kalah darimu, Budi! Aku bukanlah orang yang bergantung pada orang lain sepertimu!"

Kemudian senior Ali menghadang si perampok yang ingin menusuk Wira. Alhasil tusukan menembus salah satu bagian tubuh senior Ali. Dia meronta kesakitan sambil berkata, "cukup Wira. Lihatlah... tubuhmu akan sepertiku ji..jika kau masih..."

Buyar pandangan, hampa suara kini menyelimuti dalam diri senior Ali. Sayup teriakan sang adik beserta anggotanya yang lain.

"Hya! Jangan lukai temanku!" sentak pemandu tim Wira menendang si perampok hingga terlontar jauh.
"Arjun..."
Arjun sang pemandu bertubi-tubi memukul si perampok hingga tersudut di sebuah pohon.
"Heh.. puas kau?" tanya si perampok.
"Ini untukmu perampok!" Sebuah pukulan mengarah ke wajah si perampok. Dengan ini si perampok terlumpuhkan di tangan Arjun.

Matius, Kin, Yosi dan Dira segera melakukan pertolongan terhadap ketiga rekan tim-nya. Terlebih senior Ali yang keluar darah banyak.

Perlahan mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang. Kin membawa Wira. Matius dan senior Arjun membawa senior Ali. Yosi membawa Budi. Sedangkan Dira membawa gulungan kuno.

***

"Bagaimana keadaan mereka Laskar?" tanya Bagurua.
"Sementara ini Kin, Dira dan Arjun telah dinyatakan pulih. Wira, Budi, Matius, dan Yosi masih dalam perawatan," jawab guru Laskar.

"Lalu Ali?" Sekali lagi Bagurua bertanya namun guru Laskar terdiam. Dia sengaja agar Bagurua menebaknya sendiri. "Hm... masih dalam pengobatan, ya. Mana gulungan kuno itu?"

Gulungan kuno yang berada di tangan guru Laskar segera diserahkan pada Bagurua. Kemudian gulungan mulai dibuka Bagurua. Gemetar tangannya membuat guru Laskar khawatir.

"Ada apa Bagurua? Apa yang mereka bawa? Apa isi gulungan kuno itu?"
"Laskar, tahukah kau teman seperguruanmu dari Wilangan?" tanya Bagurua sambil menenangkan diri dengan menarik napasnya lebih dalam.
"Aku ingat, dia ponakan Armanatama. Ada apa dengannya?
"Coba lihat riwayat ini!" pinta Bagurua sambil memperlihatkan gulungan kuno yang dipegangnya.
"Apa? Ini artinya... Tidak mungkin.."
"Sudah jelas. Kristal dan dia terkait, Laskar. Baiklah, jika kau temannya selidiki dia. Tapi ini soal kristal itu Laskar!"
Bagurua yang terduduk segera bangkit. Menepuk pundak guru Laskar sebelum ia beranjak melewati pintu.

***

Budi, Matius dan Wira dirawat di kamar yang sama. Luka-luka mereka akan sembuh dua atau tiga hari lagi. Kamar mereka paling berisik sehingga pasien di kamar sebelah marah dan memanggil perawat.

"Kalian! bisakah tenang sedikit!" seru perawat yang tengah di depan pintu kamar.
"Dia yang mulai! Tolong pindahkanku ke ruangan yang lain aku muak dengan mereka berdua!" Wira meminta agar ia dipindahkan. Namun perawat tetap tidak mengabulkan permintaannya.

"Kau ini, mengertilah sedikit! Kamar di PKU ini penuh. Aku mohon kalian tenang!" kata perawat yang kemudian berlalu di depan pintu. Suasana mulai tenang di antara mereka.

Beberapa saat kemudian Kin dan Dira menjenguk mereka bertiga. Setelah mereka berdua menjenguk Yosi yang berada di kamar lain. Mereka berdua tampak membawa sesuatu. Tiga buah lembaran dan sebuah kotak makanan.

"Mat kau mencium sesuatu dari mereka?" tanya Budi. Dia mengendus aroma yang juga menggoda perut Wira.
"Ha aku tahu. Ini semacam salad," jawab Matius.
"Ah kau ini. Bukan, ini ayam goreng Mat." Tanpa sadar Wira mengelak jawaban Matius.
"Haha benar Wira. Ini ayam goreng," sambung Budi.

Di sela pembicaraan mereka bertiga si pembawa makanan berkata, "wah ternyata kalian berdua sama-sama suka ayam goreng. Kebetulan sekali, untung aku membawanya banyak."
"Ah dasar, pemakan daging kalian! Salad lebih menyehatkan," kata Matius.
(Bersambung)

Comments

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir.
Jangan lupa komen ya. Satu saja sangat membantu untuk kemajuan blog ini.
Ingat yang sopan komennya. Oke. :)