Waspada Keracunan Karbon Monoksida
Hai kawan semua. Bagaimana kabar? Semoga kalian baik-baik saja di sana. Amin. Kali ini saya ingin membahas masalah kesehatan. Tentunya kalian mengerti betapa pentingnya kesehatan bagi tubuh kita. Tidak ada orang yang tidak ingin sehat. Namun tidak sehat (sakit) bukanlah nasib sial atau istilah lainnya yang semakna. Sakit merupakan salah satu bentuk nikmat dan cobaan yang diberikan kepada kita dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak hanya itu, sakit juga merupakan bentuk dari peleburan dosa kita di masa lalu.
Kalian pasti tahu kalau kota dan daerah industri adalah tempatnya sumber polusi. Lalu desa adalah tempat hijau yang sejuk dan jauh dari polusi. Hah, yang benar saja? Pendapat itu salah kawan. Ternyata ada juga polusi di setiap rumah di setiap desa. Yaitu polusi asap rokok dan perapian yang sudah jarang ditemui di beberapa tempat.
Nah, apakah kawan-kawan punya perapian di rumah? Apakah kalian juga pernah memanaskan kendaraan bermotor di garasi yang tertutup? Atau membakar sampah di halaman rumah? Jika iya, waspadalah terhadap tiga hal tesebut. Ketiga hal tersebut merupakan beberapa penyebab terjadinya keracunan gas karbon monoksida di rumah. Begitu juga rokok.
Apa itu karbon monoksida?
Gas karbon monoksida merupakan salah satu senyawa yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar seperti gas alam, minyak, minyak tanah, dan kayu. Karbon monoksida yang terhirup bisa menimbulkan bahaya dan dapat meracuni tubuh hingga merenggut nyawa seseorang. Keracunan terjadi karena sel-sel darah merah mengikat karbon monoksida lebih cepat dibandingkan dengan oksigen. Jadi jika ada banyak karbon monoksida di udara, maka karbon monoksida lah yang mengganti peran oksigen dalam tubuh. Terhambatnya transportasi oksigen bisa merusak jaringan yang bisa berakibat pada kematian.
Seperti yang dikutip di DETIK HEALT berikut. Cheryl Burt, seorang warga Amerika harus kehilangan dua dari tiga anaknya yang meninggal akibat keracunan karbon monoksida saat tertidur. Dia tidak menyangka bahwa suatu hal yang dirasa tidak bermasalah bisa merenggut nyawa anaknya. Namun diluar itu nyawa seseorang adalah hal yang telah ditetapkan Tuhan dan tidak bisa ditawar lagi.
Cheryl Burt mengatakan, "ketika ada karbon monoksida di dalam rumah, seseorang tidak dapat melihat, merasakan ataupun mencium baunya. Orang hanya bisa merasakan efeknya seperti sakit kepala, mual dan pusing. Tapi Anda tidak menyadari bahwa Anda telah mengalami keracunan."
Saya juga merasa agak pusing ketika menghangatkan badan dengan arang yang membara di dalam rumah. Apakah juga kalian pernah?
Pada malam kejadian 14 tahun yang lalu, menurut Cheryl dirinya tidur bersama ketiga anaknya yaitu Nicholas (4 bulan), Zachary (16 bulan), dan Ryan. Tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika tersadar kepalanya begitu sakit dan badannya teramat lemah akibat terkena racun yang membuatnya sulit bergerak.
Hanya dia dan Ryan yang akhirnya bisa selamat sedangkan dua balitanya tewas seketika. Keracunan gas karbon monoksida yang dialami keluarganya berasal dari tungku perapian yang ventilasinya tidak berfungsi dengan baik, sehingga asap yang mengandung karbon monoksida tidak bisa keluar dari rumahnya.
Ceritanya tersebut diungkapkan di depan kongres AS sebagai bagian dari kampanye meningkatkan kesadaran tentang keracunan gas karbon monoksida. Wah wah Indonesia harus ada penyuluhan juga nih. Di Amerika sana, kira-kira lima ratus orang meninggal per tahunnya akibat keracunan gas monoksida. Sedangkan lima belas ribu orang katanya harus dilarikan ke rumah sakit dengan gejala keracunan gas karbon monoksida.
Lalu bagaimana cara mencegahnya?
Menurut komisi keamanan produk konsumen AS (CPSC), cara termudah agar bisa melindungi diri dari keracunan karbon monoksida adalah dengan alat pendeteksi yang memenuhi standar untuk menentukan apakah kadarnya sudah melewati batas normal atau tidak. Yang saya kira pasti harganya mahal dan orang Indonesia mungkin tidak bisa membelinya. Hahahaha.
Lalu gejala keracunan tersebut apa?
Gejala yang paling umum dari keracunan karbon monoksida ini sulit untuk didiagnosis. Waduh. Karena gejalanya mirip dengan penyakit lainnya. Gejalanya yakni sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit dada, dan merasa bingung. Ha bingung? Kalian bingung? Maksudnya kebingungan atau bisa juga dibilang gelisah (bukan geli-geli basah lo ya). Nah jika keluarga kalian ada yang mengalami gejala ini, waspadalah. WASPADALAH... WASPADALAH...! (Jadi teringat programnya bang NAPI nih).
Huft, capek juga menulis sepanjang ini lewat telpon genggam. Ingat kawan! Kesehatan ada di tangan kita. Jangan terpengaruh oleh orang yang berkata, "halah, kok aku sampai sekarang tidak apa-apa." Orang yang bilang seperti itu mungkin belum merasakan, mungkin daya tahan tubuhnya kuat, mungkin tidak sadar, atau mungkin dia akan merangkul kalian untuk jadi teman se-penyakitnya. Sekian dari saya, bila ada kata-kata yang kurang berkenan saya minta maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. (Kaya pidato aja.) Hahahaha...
Kalian pasti tahu kalau kota dan daerah industri adalah tempatnya sumber polusi. Lalu desa adalah tempat hijau yang sejuk dan jauh dari polusi. Hah, yang benar saja? Pendapat itu salah kawan. Ternyata ada juga polusi di setiap rumah di setiap desa. Yaitu polusi asap rokok dan perapian yang sudah jarang ditemui di beberapa tempat.
Nah, apakah kawan-kawan punya perapian di rumah? Apakah kalian juga pernah memanaskan kendaraan bermotor di garasi yang tertutup? Atau membakar sampah di halaman rumah? Jika iya, waspadalah terhadap tiga hal tesebut. Ketiga hal tersebut merupakan beberapa penyebab terjadinya keracunan gas karbon monoksida di rumah. Begitu juga rokok.
Apa itu karbon monoksida?
Gas karbon monoksida merupakan salah satu senyawa yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar seperti gas alam, minyak, minyak tanah, dan kayu. Karbon monoksida yang terhirup bisa menimbulkan bahaya dan dapat meracuni tubuh hingga merenggut nyawa seseorang. Keracunan terjadi karena sel-sel darah merah mengikat karbon monoksida lebih cepat dibandingkan dengan oksigen. Jadi jika ada banyak karbon monoksida di udara, maka karbon monoksida lah yang mengganti peran oksigen dalam tubuh. Terhambatnya transportasi oksigen bisa merusak jaringan yang bisa berakibat pada kematian.
Seperti yang dikutip di DETIK HEALT berikut. Cheryl Burt, seorang warga Amerika harus kehilangan dua dari tiga anaknya yang meninggal akibat keracunan karbon monoksida saat tertidur. Dia tidak menyangka bahwa suatu hal yang dirasa tidak bermasalah bisa merenggut nyawa anaknya. Namun diluar itu nyawa seseorang adalah hal yang telah ditetapkan Tuhan dan tidak bisa ditawar lagi.
Cheryl Burt mengatakan, "ketika ada karbon monoksida di dalam rumah, seseorang tidak dapat melihat, merasakan ataupun mencium baunya. Orang hanya bisa merasakan efeknya seperti sakit kepala, mual dan pusing. Tapi Anda tidak menyadari bahwa Anda telah mengalami keracunan."
Saya juga merasa agak pusing ketika menghangatkan badan dengan arang yang membara di dalam rumah. Apakah juga kalian pernah?
Pada malam kejadian 14 tahun yang lalu, menurut Cheryl dirinya tidur bersama ketiga anaknya yaitu Nicholas (4 bulan), Zachary (16 bulan), dan Ryan. Tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika tersadar kepalanya begitu sakit dan badannya teramat lemah akibat terkena racun yang membuatnya sulit bergerak.
Hanya dia dan Ryan yang akhirnya bisa selamat sedangkan dua balitanya tewas seketika. Keracunan gas karbon monoksida yang dialami keluarganya berasal dari tungku perapian yang ventilasinya tidak berfungsi dengan baik, sehingga asap yang mengandung karbon monoksida tidak bisa keluar dari rumahnya.
Ceritanya tersebut diungkapkan di depan kongres AS sebagai bagian dari kampanye meningkatkan kesadaran tentang keracunan gas karbon monoksida. Wah wah Indonesia harus ada penyuluhan juga nih. Di Amerika sana, kira-kira lima ratus orang meninggal per tahunnya akibat keracunan gas monoksida. Sedangkan lima belas ribu orang katanya harus dilarikan ke rumah sakit dengan gejala keracunan gas karbon monoksida.
Lalu bagaimana cara mencegahnya?
Menurut komisi keamanan produk konsumen AS (CPSC), cara termudah agar bisa melindungi diri dari keracunan karbon monoksida adalah dengan alat pendeteksi yang memenuhi standar untuk menentukan apakah kadarnya sudah melewati batas normal atau tidak. Yang saya kira pasti harganya mahal dan orang Indonesia mungkin tidak bisa membelinya. Hahahaha.
Lalu gejala keracunan tersebut apa?
Gejala yang paling umum dari keracunan karbon monoksida ini sulit untuk didiagnosis. Waduh. Karena gejalanya mirip dengan penyakit lainnya. Gejalanya yakni sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit dada, dan merasa bingung. Ha bingung? Kalian bingung? Maksudnya kebingungan atau bisa juga dibilang gelisah (bukan geli-geli basah lo ya). Nah jika keluarga kalian ada yang mengalami gejala ini, waspadalah. WASPADALAH... WASPADALAH...! (Jadi teringat programnya bang NAPI nih).
Huft, capek juga menulis sepanjang ini lewat telpon genggam. Ingat kawan! Kesehatan ada di tangan kita. Jangan terpengaruh oleh orang yang berkata, "halah, kok aku sampai sekarang tidak apa-apa." Orang yang bilang seperti itu mungkin belum merasakan, mungkin daya tahan tubuhnya kuat, mungkin tidak sadar, atau mungkin dia akan merangkul kalian untuk jadi teman se-penyakitnya. Sekian dari saya, bila ada kata-kata yang kurang berkenan saya minta maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. (Kaya pidato aja.) Hahahaha...
Beneran nih bikin postingan itu melalui telepon genggam? Hebat donk, bunda aja untuk bikin komentar di fesbuk yang agak panjang, gak nyanggup, capek ni jempolnya, hehehe.... Isi postingannya bagus, jadi serem juga ya adanya gas karbon monoksida yang gak bisa di diteksi secara mudah. Ini kunjungan balik, hehe...
ReplyDeleteEa bunda, beneran. Kalau di hitung < 5000 karakter. Hehehe...Ya begitulah, di negeri jauh sono juga ada desa yang semua warganya mati karena gas ini (kalau tidak salah saya lihat di ON THE SPOT TRANS|7*sotoy).
Delete