Tradisi Corat Coret Seragam Setelah Lulus Sekolah
"Bro kita lulus!"
"Masak? Beneran?" tanyaku.
"Iya bener, emang gue tampang-tampang pembohong? Hm. . . Gimana kalo kita konvoi sambil corat coret, minta tanda tangan ke semua teman kita."
Aku pun menjawabnya, "oke, kita konvoi. Tapi untuk corat coret, gue kagak ikutan."

Yap, sahabat blogger dan para Abonereader bulan April sampai Mei adalah bulan penentuan bagi para siswa-siswi di seluruh Nusantara. Di bulan tersebut akan ditentukan hasil belajar mereka. Sejak dahulu penentuan kelulusan menjadi suatu hal paling mendebarkan, penuh tantangan, dan drama Try Out atau Les. Di happy ending cerita mereka merayakannya dengan berbagai macam kegiatan. Mulai dari kegiatan yang berbau wangi sampai berbau busuk. Ada yang bersujud syukur, menunaikan nazarnya. Ada yang berpesta ayam bakar atau ikan bakar. Ada yang naik gunung atau traveling. Ada yang corat coret baju sebagai tanda ungkapan kebahagiaan. Mohon maaf sebelumnya bahkan ada yang berpesta miras, pesta sex, pesta judi, dan hal yang buruk lainnya. Namun dalam kesempatan kali ini bukan tentang pesta maksiat. Saya akan membahas tentang corat-coret seragam.
Ada beberapa pendapat hasil survei di grup kecil AMLCI. Menurut sesepuh om Tedi Yunus, "kalo punya baju lebih sih enggak ada masalah. Misal baju putih punya 2 , batik 1, dan pramuka 1. Celana biru 3 sedangkan yang coklat 1. Corat-coret ada kesan tersendiri bagi saya." Dia juga menambahkan, "ya begitulah. Sekolah gembar-gembor untuk nyumbang seragam. Tapi ternyata banyak seragam yang menumpuk di sekolah jadi lap pel atau sampah. Itu negatifnya sih. Mungkin sisi positifnya memberi untuk yang meminta." Wah kayaknya ada kata yang kurang lurus nih -memberi untuk yang minta-. Mungkin seharusnya sekolah memberi sebelum mereka meminta. Atau bisa jadi ada politik ekonomi, memberi tapi meminta. Wah ga to the wat, gawat, dan pa to the rah, parah. Ckckck.
Saya beritahu yah. Bahwa di grup AMLCI tuh kumplit. Ada seorang guru, murid, tukang sapu, tukang ledeng, tukang makan bahkan dokter. Hahaha. Walaupun keluarga kecil bermacam-macam suku bangsa loh. Dari sabang sampai merauke, setidaknya perwakilan propinsi ada.
#Lu berlebihan bro! Mentok-mentoknya sulawesi kales!
*Ssst. Biar beranak tauk!
Ngomong-ngomong soal dokter, pak dokter Providentius Regulus Regodian mempunyai pendapat bahwa corat-coret itu adalah sebuah bentuk selebrasi atas kebahagiaan. "....kita lari-larian keliling sekolah, peluk pelukan. Terus ya ada yang udah nyiapin pilok dan cat, coret coretan dah.
Dan saat itu gue sudah enggak peduli lagi karena udah larut dalam euforia. Kalo dipikir pikir ya buang-buang uang sich, tapi ya itulah tradisi coret coretan," ceritanya. Ya itulah sudah menjadi maklum jika tiap tahunnya pilox laris manis. Toko cat berbunga dan tumbuh subur saat bulan-bulan kelulusan. Apalagi warung remang-remang.
#plak! Sudah gue bilang jangan bahas yang di situ!
Saudara saya dari malaysia kembarannya Upin, Ipin mengatakan, "sayang dicoret coret, mending kita kasih same yang butuh uniform." Upin pun ikut nimbrung, "betul betul betul." Kalau saudara saya dari jepang, Ryu, "kalau mau sih corat coret aja sekali seumur hidup loh. Toh cuma satu seragam yang dicorat-coret, yang lainnya bisa di sumbangin. Hai."

Nah di ujung jalan setapak berolakan. The King of AMLCI, om Zaky mengatakan "...disumbangkan itu sangat bagus sekali jika enggak mubazir atau benar-benar ada yang menerimanya. Akan tetapi corat-coret tetap ada kesan tersendiri bagi sebagian orang..." Hm... Jadi seimbang nih jejak pendapatnya. Yuk kita lanjutkan cerita si om Zaky, "yang penting jangan pada tawuran, corat-coret tempat umum..."
*Om kalau wc umum?
#Ya boleh saja asal gambar cewek cantik.
*Cie elah, bukan lu yang gue tanya! Tapi om Zaky!
"...minum-minuman keras/narkoba, pesta sex dan sebagainya yang bersifat destruktif. Yang mana sama sekali kagak mencerminkan anak sekolahan yang telah lulus. Of couse, lulus kan berarti dia sudah berhasil untuk tingkat itu dan berarti dia harus lebih bijak lagi dalam bersikap." Jadi hal-hal itu lebih kearah frustasi bukan happy exam. "Euforia dan perayaan sesaat tentu boleh dan merupakan hak setiap orang. Yang penting jangan sampai melanggar hukum dan etika sosial," pungkasnya.
Saya jadi harus menyimpulkan dengan sedikit berat hati. Karena saya sendiri tidak suka corat-coret yang tidak jelas. Saya lebih sreg, ke gambar grafiti yang rapi di punggung baju. Daripada tanda tangan atau kata-kata jorok atau apa pun itu. Kalau gambar grafiti yang rapi kan, pakai baju tersebut masih bisa PD. Untuk history kelulusan saya. Saya tidak bangga karena telah lulus. Saya justru sedih. Keluarga ada musibah, nilai ujian jeblok, dan cinta bertepuk sebelah kaki. Akhirnya tidak ada perayaan.
Eits, jadi lupa nih. Dari data survei di grup AMLCI, dapat disimpulkan bahwa, corat-coret seragam boleh saja. Asalkan tidak berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan tidak baik. Lebih baiknya disumbangkan ke adik kelas yang membutuhkan. Tapi satu syarat dari saya. Sumbanglah seragam yang masih bagus. Bukan yang sobek-sobek atau berlubang yah! Hehehe. Sekian dari saya, terima kasih. See you.
"Masak? Beneran?" tanyaku.
"Iya bener, emang gue tampang-tampang pembohong? Hm. . . Gimana kalo kita konvoi sambil corat coret, minta tanda tangan ke semua teman kita."
Aku pun menjawabnya, "oke, kita konvoi. Tapi untuk corat coret, gue kagak ikutan."
Yap, sahabat blogger dan para Abonereader bulan April sampai Mei adalah bulan penentuan bagi para siswa-siswi di seluruh Nusantara. Di bulan tersebut akan ditentukan hasil belajar mereka. Sejak dahulu penentuan kelulusan menjadi suatu hal paling mendebarkan, penuh tantangan, dan drama Try Out atau Les. Di happy ending cerita mereka merayakannya dengan berbagai macam kegiatan. Mulai dari kegiatan yang berbau wangi sampai berbau busuk. Ada yang bersujud syukur, menunaikan nazarnya. Ada yang berpesta ayam bakar atau ikan bakar. Ada yang naik gunung atau traveling. Ada yang corat coret baju sebagai tanda ungkapan kebahagiaan. Mohon maaf sebelumnya bahkan ada yang berpesta miras, pesta sex, pesta judi, dan hal yang buruk lainnya. Namun dalam kesempatan kali ini bukan tentang pesta maksiat. Saya akan membahas tentang corat-coret seragam.
Ada beberapa pendapat hasil survei di grup kecil AMLCI. Menurut sesepuh om Tedi Yunus, "kalo punya baju lebih sih enggak ada masalah. Misal baju putih punya 2 , batik 1, dan pramuka 1. Celana biru 3 sedangkan yang coklat 1. Corat-coret ada kesan tersendiri bagi saya." Dia juga menambahkan, "ya begitulah. Sekolah gembar-gembor untuk nyumbang seragam. Tapi ternyata banyak seragam yang menumpuk di sekolah jadi lap pel atau sampah. Itu negatifnya sih. Mungkin sisi positifnya memberi untuk yang meminta." Wah kayaknya ada kata yang kurang lurus nih -memberi untuk yang minta-. Mungkin seharusnya sekolah memberi sebelum mereka meminta. Atau bisa jadi ada politik ekonomi, memberi tapi meminta. Wah ga to the wat, gawat, dan pa to the rah, parah. Ckckck.
Saya beritahu yah. Bahwa di grup AMLCI tuh kumplit. Ada seorang guru, murid, tukang sapu, tukang ledeng, tukang makan bahkan dokter. Hahaha. Walaupun keluarga kecil bermacam-macam suku bangsa loh. Dari sabang sampai merauke, setidaknya perwakilan propinsi ada.
#Lu berlebihan bro! Mentok-mentoknya sulawesi kales!
*Ssst. Biar beranak tauk!
Ngomong-ngomong soal dokter, pak dokter Providentius Regulus Regodian mempunyai pendapat bahwa corat-coret itu adalah sebuah bentuk selebrasi atas kebahagiaan. "....kita lari-larian keliling sekolah, peluk pelukan. Terus ya ada yang udah nyiapin pilok dan cat, coret coretan dah.
Dan saat itu gue sudah enggak peduli lagi karena udah larut dalam euforia. Kalo dipikir pikir ya buang-buang uang sich, tapi ya itulah tradisi coret coretan," ceritanya. Ya itulah sudah menjadi maklum jika tiap tahunnya pilox laris manis. Toko cat berbunga dan tumbuh subur saat bulan-bulan kelulusan. Apalagi warung remang-remang.
#plak! Sudah gue bilang jangan bahas yang di situ!
Saudara saya dari malaysia kembarannya Upin, Ipin mengatakan, "sayang dicoret coret, mending kita kasih same yang butuh uniform." Upin pun ikut nimbrung, "betul betul betul." Kalau saudara saya dari jepang, Ryu, "kalau mau sih corat coret aja sekali seumur hidup loh. Toh cuma satu seragam yang dicorat-coret, yang lainnya bisa di sumbangin. Hai."
Nah di ujung jalan setapak berolakan. The King of AMLCI, om Zaky mengatakan "...disumbangkan itu sangat bagus sekali jika enggak mubazir atau benar-benar ada yang menerimanya. Akan tetapi corat-coret tetap ada kesan tersendiri bagi sebagian orang..." Hm... Jadi seimbang nih jejak pendapatnya. Yuk kita lanjutkan cerita si om Zaky, "yang penting jangan pada tawuran, corat-coret tempat umum..."
*Om kalau wc umum?
#Ya boleh saja asal gambar cewek cantik.
*Cie elah, bukan lu yang gue tanya! Tapi om Zaky!
"...minum-minuman keras/narkoba, pesta sex dan sebagainya yang bersifat destruktif. Yang mana sama sekali kagak mencerminkan anak sekolahan yang telah lulus. Of couse, lulus kan berarti dia sudah berhasil untuk tingkat itu dan berarti dia harus lebih bijak lagi dalam bersikap." Jadi hal-hal itu lebih kearah frustasi bukan happy exam. "Euforia dan perayaan sesaat tentu boleh dan merupakan hak setiap orang. Yang penting jangan sampai melanggar hukum dan etika sosial," pungkasnya.
Saya jadi harus menyimpulkan dengan sedikit berat hati. Karena saya sendiri tidak suka corat-coret yang tidak jelas. Saya lebih sreg, ke gambar grafiti yang rapi di punggung baju. Daripada tanda tangan atau kata-kata jorok atau apa pun itu. Kalau gambar grafiti yang rapi kan, pakai baju tersebut masih bisa PD. Untuk history kelulusan saya. Saya tidak bangga karena telah lulus. Saya justru sedih. Keluarga ada musibah, nilai ujian jeblok, dan cinta bertepuk sebelah kaki. Akhirnya tidak ada perayaan.
Eits, jadi lupa nih. Dari data survei di grup AMLCI, dapat disimpulkan bahwa, corat-coret seragam boleh saja. Asalkan tidak berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan tidak baik. Lebih baiknya disumbangkan ke adik kelas yang membutuhkan. Tapi satu syarat dari saya. Sumbanglah seragam yang masih bagus. Bukan yang sobek-sobek atau berlubang yah! Hehehe. Sekian dari saya, terima kasih. See you.
kebetulan kelulusan kemaren gak ikut coret2an. bajunya aku kasih ke adek kelas.. biar berkah hehe
ReplyDeleteMantap dah kalau gitu. By the way, seragam semua di kasi ke adik kelas?
ReplyDeleteabis itu ikut taruhan bola, yang kalah bakar ijasah :v
ReplyDeleteJiah itu parah mah.
ReplyDelete