BOLA INDONESIA DI BAWAH LEVEL EROPA
Hai hai hai. Bertemu lagi dengan saya di blog ter-green. Semua yang tadinya orange menjadi green. Template sih kagak berubah hanya colour di motifnya berubah. Perubahan ini tepatnya untuk memeriahkan kesuksesan 100 posting. Tepat di akhir bulan Maret lalu saya mengubahnya. Alasan yang kedua sih, agar lebih adem dan pas dengan logo yang ijo lotro itu. Hehe.
Nah berhubungan dengan kemeriahan. Tadi jam 8, terjadilah kick off antara Indonesia dan Myanmar. Kick off tersebut menghasilkan skor 1-0 pada babak pertama untuh Indonesia. Hasil ini berkat gol yang diciptakan oleh Putu Gede melalui heading terarah, memanfaatkan tendangan bebas dari Ilham Udin di perpanjangan waktu menit 45. Di babak kedua, kedua kesebelasan harus rela bermain dengan 10 pemain, setelah wasit Thariq Al Katiri mengeluarkan dua kartu merah untuk masing-masing tim. Myanmar sukses menyamakan skor menjadi 1-1 di menit 89 melalui Maung Soe. Sebelum akhirnya Nanda Kyaw membuat Myanmar unggul 1-2 lewat titik putih di menit 91.
Dari hasil pengamatan terlihat Indonesia berkobar semangatnya. Karena terlalu semangat posisi pemain, kontrol bola acak-acakan. Walaupun saya bukan penggemar berat football. Saya gemas dengan permainan indonesia yang dalam 1 dekade ini masih klasik, mirip piala antar RW. Maksudnya? Ya selalu saja, memberi umpan trobosan. Oper bola juga cari enaknya. Saat lawan Counterstrike bala tentara pertahanan di depan semua. Saat kita yang coba serang balik, tidak ada teman untuk melakukan drama One Two, ataukah terburu-buru? Apalagi soal stamina. Indonesia secara pengalaman liga, sudah banyak. Tekhnik lumayan mumpuni. Staminanya saja kurang bagus, kenapa mainnya buru-buru? Itu menguras tenaga. Apalagi umpan-umpan yang melenceng. Bisa ditebak akurasi dari setiap pemain harus diperbaiki. Jangan umpan seenak mata kaki melihat.
Ini mustinya berguru sama pandawa, tokoh wayang kebanggaan orang jawa. Untuk yang pertama. Bertindak tenang, umpan bijak, ego terjaga, amarah tertahan, itulah Yudistira/Puntadewa. Berdiri kuat, mampu menahan serangan, tahan banting, bergurulah dengan Bima/Werkudara. Sasaran tepat, lincah menghidari hadangan lawan, operan terarah, contohlah Arjuna/Janaka. Saling membantu, kompak, solidaritas, menyadari bahwa kita sama walau berbeda, si kembar Nakula dan Sadewa yang selalu akur.
Hm. Apa saya terlalu menjelekkan permainan bola kita? Tidak. Saya hanya memberi kritikan dan saran. Terutama pada generasi penerus dalam persepakbolaan Indonesia. Dengan pengalaman kompetisi dan berkarir di luar negeri, seharusnya sepak bola kita lebih baik dari ini. Setidaknya beberapa angka di bawahnya level sepak bola Eropa. Sekian dari saya. Bila ada kesalahan dari ocehan saya, saya mohon maaf. Thank's and see you.
Nah berhubungan dengan kemeriahan. Tadi jam 8, terjadilah kick off antara Indonesia dan Myanmar. Kick off tersebut menghasilkan skor 1-0 pada babak pertama untuh Indonesia. Hasil ini berkat gol yang diciptakan oleh Putu Gede melalui heading terarah, memanfaatkan tendangan bebas dari Ilham Udin di perpanjangan waktu menit 45. Di babak kedua, kedua kesebelasan harus rela bermain dengan 10 pemain, setelah wasit Thariq Al Katiri mengeluarkan dua kartu merah untuk masing-masing tim. Myanmar sukses menyamakan skor menjadi 1-1 di menit 89 melalui Maung Soe. Sebelum akhirnya Nanda Kyaw membuat Myanmar unggul 1-2 lewat titik putih di menit 91.
Dari hasil pengamatan terlihat Indonesia berkobar semangatnya. Karena terlalu semangat posisi pemain, kontrol bola acak-acakan. Walaupun saya bukan penggemar berat football. Saya gemas dengan permainan indonesia yang dalam 1 dekade ini masih klasik, mirip piala antar RW. Maksudnya? Ya selalu saja, memberi umpan trobosan. Oper bola juga cari enaknya. Saat lawan Counterstrike bala tentara pertahanan di depan semua. Saat kita yang coba serang balik, tidak ada teman untuk melakukan drama One Two, ataukah terburu-buru? Apalagi soal stamina. Indonesia secara pengalaman liga, sudah banyak. Tekhnik lumayan mumpuni. Staminanya saja kurang bagus, kenapa mainnya buru-buru? Itu menguras tenaga. Apalagi umpan-umpan yang melenceng. Bisa ditebak akurasi dari setiap pemain harus diperbaiki. Jangan umpan seenak mata kaki melihat.
Ini mustinya berguru sama pandawa, tokoh wayang kebanggaan orang jawa. Untuk yang pertama. Bertindak tenang, umpan bijak, ego terjaga, amarah tertahan, itulah Yudistira/Puntadewa. Berdiri kuat, mampu menahan serangan, tahan banting, bergurulah dengan Bima/Werkudara. Sasaran tepat, lincah menghidari hadangan lawan, operan terarah, contohlah Arjuna/Janaka. Saling membantu, kompak, solidaritas, menyadari bahwa kita sama walau berbeda, si kembar Nakula dan Sadewa yang selalu akur.
Hm. Apa saya terlalu menjelekkan permainan bola kita? Tidak. Saya hanya memberi kritikan dan saran. Terutama pada generasi penerus dalam persepakbolaan Indonesia. Dengan pengalaman kompetisi dan berkarir di luar negeri, seharusnya sepak bola kita lebih baik dari ini. Setidaknya beberapa angka di bawahnya level sepak bola Eropa. Sekian dari saya. Bila ada kesalahan dari ocehan saya, saya mohon maaf. Thank's and see you.
semoga persepakbolaan di Indonesia bisa lebih baik lagi ke depannya :)
ReplyDeleteAmin. Semoga saja yah. : )
ReplyDeleteSaya kurang begitu paham dan suka sama sepak bola hehe :)
ReplyDeleteHehe. Kenapa enggak suka? Pemain sekarang banyak yang cakep loh. Wkwkwk
ReplyDelete