Cuplikan Masa SMA

I'm come back.

Oke berdasarkan permintaan teman-teman di sini saya mau cerita sedikit tentang 'kekonyolan SMA' saya. Saya ambil sedikit saja dari semua cerita SMA saya. Kalau banyak entar jadi novel kaya blognya bang Raditya Dika.

Oke kita mulai.

Sebenarnya sebagian besar cerita bukan kekonyolan. Hanya saja kalau teringat rasanya mak jleb.

Suatu ketika saya dan teman saya 'bercanda' diam-diam saat pelajaran. Mungkin guru saya sudah tidak tahan melihat kami atau gimana, dia memanggil kami dan disuruh keluar. Sebenarnya si yang dipanggil cuma temen saya. Karena dulu culun ya saya ikut keluar. Tapi perintah keluar itu bukan sementara kaya anak-anak biasa yang kebelet boker. Guru saya meminta kami tidak lagi ikut pelajarannya. Wah gimana ya. Padahal ini pelajaran favoritku dan yang terpenting. Kami pun diskusi dan masuk kembali ke kelas untuk minta maaf. Guru saya syukur alhamdulillah memaafkan. Dan sejak itu pula saya dan teman saya enggak berani bisik-bisik saat pelajaran guru itu. Namun kami kadang melakukannya lagi saat benar-benar kondisi santai dan waktunya tertawa. Hahahaha.

Kedua yang bikin mak jleb juga.

Saat penilaian drama. Entah apa sebabnya teman-teman memilihku jadi pemeran utama. Eh bukan maksudku pendamping. Karena tidak banyak yang kulakukan. Lebih hebohnya lagi peran saya ada pasangannya, dia cewek. Saat itu kami disoraki ala perjodohan dunia kelas. Cie cie ehem. Tapi ya begitulah saya enggak minat dia juga enggak, di dunia nyata tidak terjadi apa-apa. Lagian muka saya dulu tak setampan sekarang. Haha. Mungkin kalau keren kaya sekarang....tiiittttt.

Oke lanjut. Nah saat itu kami dalam sebuah adegan. Karena saya lupa dialog kami hanya bertatapan hingga lama. Semakin lama keringat muncul dan akhirnya kalimat tak penting mengakhiri adegan itu. Alhasil kelompok drama saya kalah karena saya yang entah kenapa lupa. Tapi bukan karena pesona lawan dialog saya lo. Hm...

Oke itulah cuplikan yang konyol menurut saya. Entah menurut anda. Yang jelas itu tidak indah dan menyenangkan. Tapi mak jleb.

Comments