Alasan 5 hari pelajaran
Enam hari itu waktu umum para murid belajar di sekolah. Biasanya satu hari pelajaran terdiri dari 8 jam pelajaran. Satu jam pelajaran 45 menit.
Eh entah kenapa tiba-tiba sebuah kebijakan yang mengagetkan dan menggebrak muncul di Jawa Tengah. Yakni kebijakan SMA N harus 5 hari belajar dengan rata-rata per harinya 11 jam pelajaran. Akibatnya banyak yang mengeluh karena kelelahan belajar di sekolah.
Kemarin saya sudah membahas hal ini. Sekarang informasinya bertambah. Terutama mengenai alasan yang dibuat atau dibuat-buat. Kalau dari pengamatan si dibuat-buat. Tapi sebelumnya maaf kalau postingan ini terlalu emotional.
Salah satu alasan yang paling benar menurut saya adalah supaya ada waktu luang yang lebih untuk keluarga. Keluarga mana? Supaya ada waktu libur lebih bersama keluarga. Eh? Yah benar buat pegawai itu keuntungannya.
Lalu alasan yang salah alias dibuat agar tidak kelihatan seperti dibuat-buat. Yakni mengejar verifikasi. Perasaan kalau enam hari jamnya lebih banyak. Coba kita hitung.
Yang 6 hari pelajaran.
(9 jam x 5 hari) + 6 jam = 51 jam
Yang 5 hari pelajaran.
(11 jam x 4 hari) + 5 jam = 49 jam
Nah loh banyakan mana? Dari perhitungan di atas ada selisih dua jam lebih banyak yang 6 hari.
Di balik keluhan-keluhan ternyata banyak juga siswa yang senang. Karena bisa main sepuasnya, 2 hari lagi. Ya memang. Namun apa mereka harus begitu, sementara pekerjaan menumpuk.
Apalagi soal ulangan. Sekarang ulangan. Besok ulangan 2 mapel. Besoknya lagi ulangan. Belum PR mapel lain. Mampukah otak murid Indonesia menampung begitu banyak?
Seperti bekerja saja tapi mbayar. Lagi pula sekarang biaya sekolah mahal. Katanya wajib 12 tahun. Katanya disubsidi. Semua dijawab dengan infaq (modus) dan pembangunan (yang diperlambat).
Ada pepatah "dibalik peristiwa pasti ada hikmahnya". Yuk mari kita cari dan ambil hikmahnya saja. Oke sekian dan terima kasih.
Eh entah kenapa tiba-tiba sebuah kebijakan yang mengagetkan dan menggebrak muncul di Jawa Tengah. Yakni kebijakan SMA N harus 5 hari belajar dengan rata-rata per harinya 11 jam pelajaran. Akibatnya banyak yang mengeluh karena kelelahan belajar di sekolah.
Kemarin saya sudah membahas hal ini. Sekarang informasinya bertambah. Terutama mengenai alasan yang dibuat atau dibuat-buat. Kalau dari pengamatan si dibuat-buat. Tapi sebelumnya maaf kalau postingan ini terlalu emotional.
Salah satu alasan yang paling benar menurut saya adalah supaya ada waktu luang yang lebih untuk keluarga. Keluarga mana? Supaya ada waktu libur lebih bersama keluarga. Eh? Yah benar buat pegawai itu keuntungannya.
Lalu alasan yang salah alias dibuat agar tidak kelihatan seperti dibuat-buat. Yakni mengejar verifikasi. Perasaan kalau enam hari jamnya lebih banyak. Coba kita hitung.
Yang 6 hari pelajaran.
(9 jam x 5 hari) + 6 jam = 51 jam
Yang 5 hari pelajaran.
(11 jam x 4 hari) + 5 jam = 49 jam
Nah loh banyakan mana? Dari perhitungan di atas ada selisih dua jam lebih banyak yang 6 hari.
Di balik keluhan-keluhan ternyata banyak juga siswa yang senang. Karena bisa main sepuasnya, 2 hari lagi. Ya memang. Namun apa mereka harus begitu, sementara pekerjaan menumpuk.
Apalagi soal ulangan. Sekarang ulangan. Besok ulangan 2 mapel. Besoknya lagi ulangan. Belum PR mapel lain. Mampukah otak murid Indonesia menampung begitu banyak?
Seperti bekerja saja tapi mbayar. Lagi pula sekarang biaya sekolah mahal. Katanya wajib 12 tahun. Katanya disubsidi. Semua dijawab dengan infaq (modus) dan pembangunan (yang diperlambat).
Ada pepatah "dibalik peristiwa pasti ada hikmahnya". Yuk mari kita cari dan ambil hikmahnya saja. Oke sekian dan terima kasih.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah mampir.
Jangan lupa komen ya. Satu saja sangat membantu untuk kemajuan blog ini.
Ingat yang sopan komennya. Oke. :)