Apa Saya Perlu Pindah Kota?

Apa perlu saya pindah kota? Harus gitu? Emang kenapa? Lu durhaka lu sama kota sendiri. Lu playboy lu duain kota lu sendiri.

Ya gimana coba? Lihatlah wahai warga negara indonesia yang baik. Lihat betul-betul yang akan saya tulis selanjutnya. Lihatlah bintang yang jatuh di kota-kota besar seperti SEMARang, JaKARTA, JOGJA, MAK_KAS(S)AR, MEDAN (pertempuran), BAL_I dan sebagainya. Apalagi yang pada berjejer antri dipinggir jalan Pantura yang sekarang sudah diambil alih Indosiar (baca: Bintang Pantura).

Lihatlah, banyak penulis-penulis sukses yang dari kota-kota itu. Kalau gak asli warga kota ya dari kota tetangganya. Kalau gak dari tetangga ya dia urban ke kota itu. Ya kan?

Saya jadi berpikir. Apa saya harus pindah ke Semarang atau Jogja? Saya kan tetangganya mereka. Apa harus gitu untuk menjadi sukses?

#Ya lu kalau niat ke sana pasti bisa Thor!

Nb: tanda '#' adalah sang komentator.

Ya itu masalahnya. Saya kan tipe orang yang setia dan gak durhaka sama orang tua. Jadi saya tuh kebayang gimana kalau saya nyelingkuhin dan durhaka. Ntar saya jadi patung pancoran kalau selingkuh dengan kota Jakarta. Ntar saya jadi patung roro jonggrang kalau selingkuh sama kota Jogja. Ntar saya jadi batu malin kundang kalau merantau ke kota Medan lalu lupa dan durhaka sama kota sendiri.

Lagian saya sebenarnya, eh bukan yang salahnya saya takut kalau terlalu terkenal. Misal lagi dijalan ni ya. Naik motor tiba-tiba banyak polwan yang nilang saya.

"Mas bisa saya lihat.."

Sebelum dia nerusin kata-katanya, saya langsung jawab. "Kumplit kok mbak. SIM, KTP, STNK, BPKB, IJAZAH, Kartu Anggota Perpusda, dan lain-lain dah."

"Maksud saya. Mas bawa surat nikah, buku nikah, dan KK gak?"

Ini aneh ya polisi nilang kok pertanyaannya kaya gitu. Saya jawab deh. "Punya mbak. Tapi ntar kalau saya sudah nikah sama mbaknya."

"Ih malah gombal. Mas saya tangkap."

"Kenapa mbak?"

"Mas sudah berani godain polwan dan kelengkapan surat kurang. Jadi ayo mas ikut saya ke KUA kita nikah sekarang juga."

Buset dah. Setelah si polwan yang tadi saya gombalin, kemudian tuh temen-temen sepolwan seperjuangan pada antri buat digombalin dan ngajak nikah. Buset dah. Saya belum bilang bapak ibu, belum ziarah ke makam simbah, belum ke dokter buat nguatin anu saya. Coba bayangin seribu polwan yang ngajak nikah. Itunya gimana. Lagi lima sudah Pegel deh.

Ups. Nb: anak/temen-temen yang dibawah umur saya jangan baca. Ket: umur saya 23, jadi yang 23 ke bawah jangan baca. :D

So bagi kamu yang ingin urban ke kota besar buat terkenal silakan. Saya gak menghalangi Hak Asasi mu. Saya juga pengen gitu.

Ketemu Om Andry Chang di Jakarta, Hittori Medan, Hardy Zhu di Makkassar, Ara di Palembang, dan lain-lain. Ketemu penulis cewek lainnya. Apalagi penulis-penulis terkenal. Asma Nadia, Raditya Dika, Hans, Ami Raditya, Liexy Shu, dan sebagainya dah.

Untuk itu saya mohon doanya dari para pembaca dan pengunjung. Sekian sampai jumpa.

Comments