Ketika Seorang Ibu Menyapa

Lintas Saya

Suatu ketika saya sedang berada di alun-alun kota tercinta. Berjalan kesana kemari menghirup udara segar dari pepohonan yang mengelilingi alun-alun. Bosan karena hanya jalan-jalan, saya iseng baca koran yang ada di mading. Lalu keasyikan saya tiba-tiba terusik oleh seseorang.

Saya lihat dia seorang ibu-ibu kumal layaknya gelandangan. Atau memang beliau gelandangan. Beliau menyapa dan berbicara seakan mencurahkan isi hatinya. Sifat pendengar yang baik saya muncul ketika itu juga. Berbaris-baris kalimat keluh kesahnya, keinginannya pulang kerumah. Semerbak bau mulutnya tercium menusuk hidung. Saya yakin beliau sudah beberapa hari tidak gosok gigi. Namun lagi-lagi sifat saya yang lain menahan saya untuk tutup hidung agar beliau tidak tersinggung.

Beliau juga bertanya angkot jurusan mana yang mengarah ke rumahnya. Lalu tak lupa ia bertanya soal ongkosnya. Setelah ibu itu selesai saya jawab semua pertanyaannya. Saya tahu beliau pasti akan meminta uang pada saya. Sebelum itu terjadi, saya sudah mengeluarkan beberapa koin dan menyerahkan pada beliau. Ibu itu berterima kasih dan pergi begitu saja setelah mendapatkan uang.

Saat saya kembali membaca mading, tiba-tiba ada bapak-bapak bersama anaknya menghampiri dan menyapa saya. Bapak itu tanpa basa-basi mengatakan kalau ibu-ibu yang saya hadapi tadi adalah orang agak kurang waras dan biasanya seperti itu. Lantas saya terkejut dan hanya menanggapi dengan kata ‘oh’.

Pantas saja penampilannya agak lebih buruk dari gelandangan. Sebenarnya kasihan juga orang-orang seperti ibu itu. Terutama hatinya. Jauh dari lubuk hatinya pasti tidak ingin raganya seperti itu. Masih mending kalau ada keluarga yang masih sudi mengurusnya.

Di sisi lain saya punya keheranan terhadap orang ‘gila’ yang bekeliaran di jalan. Mereka kadang makan sembarangan, tidur sembarangan, buang kotoran juga, tidak mandi pula. Mereka justru kelihatan baik-baik saja dan sehat. Sedangkan saya? Makan sudah teratur, sudah mandi, dan kehidupan sehat sudah dijalani. Tapi nyatanya, kehujanan sebentar saja bisa masuk angin dan demam.

Saya jadi berpikir. Bagaimana kalau saya jadi ibu-ibu itu? Bagaimana saya bisa menjalani hidup seperti mereka? Apakah saya sanggup dan bisa sembuh seperti keinginan hati mereka?

Comments